Jenis-Jenis Ta’aruf Untuk Mengenali Calon Pasangan Hidupmu

PalingYess.com -- Untuk sampai pada tahap pelamainan, setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menemukan pasangan hidupnya. Ada yang menggunakan cara yang halal (sesuai kaidah syar’i) atau menggunakan cara yang melanggar kaidah.Setiap pilihan itu pasti mengandung risiko tersendiri. Ada yang mengatakan, jika jodoh itu beda cara menjemput akan beda pula keberkahan dalam pernikahannya. Adapun cara terbaik untuk menjemput dan mengenali calon pasangan hidup kita yakni dengan Ta’aruf.Ta’aruf memiliki makna asli sebagai sebuah persiapan untuk menikah. Dengan definisi tersebut, kita akan mencoba mengamati mengenai bagaimana berlangsungnya proses yang menjadikan Khadijah dan Muhammad siap untuk menikah melalui proses ta’aruf. Nah, bagi kalian yang ingin mengikuti jejak Rosul dalam berta’aruf, begini nih caranya:1. Ta’aruf PasifTa’aruf Pasif ini dilakukan tanpa melakukan interaksi langsung dan salah satu pihak hanya mendengar mengenai pihak yang lain. Pada kisah Nabi dan istrinya, Khadijah mulai menyimpan rasa pada Muhammad karena mendengar kabar mengenai kemuliaan akhlak yang beliau miliki. Dan pada saat itu, masyarakat Makkah sedang ramai membicarakan Muhammad bin Abdullah, yang tak lain adalah seorang pemuda yang bisa menjaga kejujuran dan keluhuran hati, sementara pada saat itu para pemuda lain pada umumnya suka berfoya-foya. Dari hal itu, Khadijah jelas saja menyukai Muhammad bukan lantaran ketampanan atau pun kekayaannya, karena ia juga belum pernah bertemu apalagi melihatnya.2. Ta’aruf Aktif.Khadijah menyaksikan sendiri kemuliaan akhlak Muhammad melalui perbincangan dalam tatap muka langsung. Pada mulanya, ketertarikan Khadijah kepada Muhammad bukanlah dalam rangka kepentingan asmara, melainkan untuk kepentingan bisnis. Kita tahu, Khadijah ialah seorang pengusaha kaya pada saat itu. Dan Khadijah pun memanggil Muhammad dan mengajaknya berbincang-bincang mengenai perdagangan yang sangat dikuasai oleh Muhammad yang tak lain adalah pemuda miskin saat itu. Dengan melakukan perbincangan seperti ini, Khadijah bisa mulai mengecek apakah benar bahwa Muhammad berakhlak mulia.3. Tanazhur atau Ta’aruf Interaktif.Khadijah dan Muhammad menjalin kerja sama pengembangan bisnis perdagangannya.Melalui perbincangan tersebut, Khadijah kemudian bisa mengambil kesimpulan dan menganggap bahwa Muhammad adalah sosok yang ia butuhkan untuk berdagang ke negeri Syam. Muhammad pun menerima tugas itu dengan senang hati. Melalui interaksi seperti ini, Khadijah dapat melakukan pengujian terhadap Muhammad sebelum benar-benar yakin bahwa Muhammad memang berakhlak mulia.4. Ta’aruf Langsung.Pada saat itu, seorang Khadijah mengalami sendiri indahnya menjalin kebersamaan dengan Muhammad yang berakhlak mulia. Sepulangnya Muhammad dari negeri Syam, Khadijah menerima laporan langsung dari beliau mengenai tugas berdagang yang ia jalani. Khadijah sangat gembira dan terlihat antusias sekali menyimak laporan dari Muhammad. Secara demikian, tumbuhlah rasa cintanya kepada beliau dan dari hari ke hari, cinta Khadijah semakin mendalam pada pemuda yang usianya jauh lebih muda darinya itu.5. Ta’aruf Berjaring.Jenis atau tahapan ta’aruf ini adalah saat Khadijah memanfaatkan jaringan untuk memperlancar interaksinya dengan Muhammad. Maisarah ialah orang kepercayaan Khadijah yang menyertai Muhammad berdagang ke Syam pada saat itu. Ia pun menceritakan pengalaman-pengalaman yang ditemuinya selama perjalanan. Laporan-laporannya mengenai kemuliaan Muhammad menjadikan Khadijah semakin berhasrat untuk menjadi istri beliau.6. Ta’aruf Bermedia.Khadijah mengerahkan seorang perantara untuk memperlancar hubungannya dengan Muhammad. Dalam tradisi Arab ketika itu, bila seorang perempuan kaya mendatangi seorang pemuda untuk meminta menikahinya, maka itu akan dipandang memalukan. Untuk menyiasatinya, Khadijah pun mengutus Nafisah, seorang kepercayaannya lainnya, untuk membujuk Muhammad supaya mau melamar dirinya.7. Khitbah.Pada akhirnya Muhammad melamar Khadijah untuk menjadi istri beliau. Di depan keluarga Khadijah, Muhammad melamarnya. Dengan maharnya 20 ekor unta, lamaran pun diterima. Pernikahan itu sendiri dilaksanakan pada waktu 2 bulan 15 hari setelah Muhammad datang dari Syam. Usia Muhammad saat itu 25 tahun, sedangkan Khadijah 40 tahun.Beberapa cara Ta’aruf Siti Khodijah dengan Nabi Muhammad di atas patut kita teladani, dari awal sampai khitbah sangat terjaga hubungan beliau bersama Siti Khadijah. semoga kita bisa menerapkan nya. Amin…sumber: arrahman.id

Artikel PALING YESS Lainnya :

Scroll to top